25.2 C
Kendari
Wednesday, December 6, 2023
spot_img

Pasca OTT KPK, Koltim Seperti “Anak Ayam Kehilangan Induk”

SIBERKITA.COM, KOLAKA— Setelah Andi Merya Nur terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi, Pemda Kabupaten Kolaka Timur benar-benar berada dalam situasi “anak ayam kehilangan induk”.

Setelah Samsul Bahri meninggal dunia pada 19 Maret 2021 usai mengikuti pertandingan sepak bola persahabatan, Andi Merya Nur yang saat itu menjabat wakil bupati akhirnya dilantik dua bulan kemudian sebagai bupati definitif pengganti.

Sayangnya, dalam waktu kurang dari 3 bulan, mantan politisi Partai Nasdem yang kini menjadi kader Gerindra itu harus berurusan dengan KPK setelah terjaring OTT.

Jika nantinya terbukti bersalah melakukan perbuatan korupsi, maka Andi Merya Nur dipastikan harus melepas jabatan kepala daerah yang baru 69 hari dijalaninya itu.

Kalau itu terjadi, praktis PNS Pemda kabupaten Koltim tidak punya pemimpin yang defenitif, sebab sepeninggal Samsul Bahri, dan Andi Merya dilantik menjadi bupati definitif, hingga kini posisi jabatan wakil bupati yang ditinggalkan Andi Merya belum juga ditentukan.

Beberapa kalangan menduga; berlarut-larutnya penentuan figur calon wakil bupati Koltim disebabkan tarik-menarik kepentingan dalam koalisi partai politik pengusung Samsul Bahri-Merya (SBM) pada Pilkada Koltim 9 Desember 2020 lalu.

Ironisnya, sejak satu tahun terakhir kursi Sekda Koltim pun masih dijabat oleh seorang pelaksana tugas (Plt) setelah Eko Budi Sauala pensiun setahun lalu.

Untuk diketahui, dalam tubuh pemerintahan Koltim memang nyaris tidak pernah sepi dari “riak”.

Sejak Koltim memiliki bupati dan wakil bupati definitif tahun 2016 melalui Pilkada langsung, hubungan antara Tony Herbiansyah sebagai bupati dan Andi Merya Nur selaku wakil bupati selalu diwarnai ketegangan.

Ketegangan itu makin menjadi-jadi ketika sekretariat Pemda Koltim menarik kendaraan dinas dan beberapa fasilitas jabatan wakil bupati untuk Andi Merya.

Jauh sebelumnya, riak dalam tubuh Pemda Koltim telah terlihat ketika Anwar Sanusi yang sebelumnya dilantik dalam jabatan Sekda oleh Gubernur Nur Alam, justru tidak difungsikan oleh Tony Herbiansyah. Status Sekda definitif Anwar Sanusi “digantung” selama lebih dari 1 tahun.

Meski beberapa kali coba dimediasi oleh Wagub Saleh Lasata ketika itu, namun Tony Herbiansyah tetap bersikukuh tidak memfungsikan Anwar Sanusi sebagai Sekda.

Sebaliknya, Tony justru menunjuk Samsul Bahri Madjid, yang saat itu masih menjabat asisten I sebagai pelaksana Sekda. Namun posisi Samsul Bahri sebagai pelaksana Sekda Koltim juga tidak bertahan lama.

Saat Samsul Bahri tengah menjalankan ibadah umroh, Tony Herbiansyah tiba-tiba menunjuk Eko Budi Sauala sebagai pengganti Samsul Bahri.

Akibat pencopotannya dari jabatan pelaksana Sekda, hubungan antara Samsul Bahri dengan Tony Herbiansyah menjadi terganggu.

Puncaknya, Samsul Bahri Madjid akhirnya memutuskan mundur dari PNS dan memilih masuk dunia politik dengan menjadi bakal calon bupati Koltim.

Sama-sama merasa menjadi orang yang “teraniaya”, Samsul Bahri dan Andi Merya Nur sepakat berpasangan dalam Pilkada untuk melawan Tony Herbiansyah. Dan menang.

Sayangnya, hanya 23 hari sejak dilantik sebagai bupati periode 2021-2026, Samsul Bahri tutup usia setelah melakoni pertandingan sepak bola persahabatan antar SKPD.

Andi Merya kemudian dilantik sebagai bupati defenitif, menggantikan Samsul Bahri pada tanggal 14 Juni 2021 lalu.

Kini, karir politk Andi Merya juga terancam berakhir setelah KPK melakukan operasi tangkap tangan pada Selasa malam (21/9/2021) lalu di Rujab Bupati Koltim.

Akibatnya hingga beberapa waktu kedepan, secara de facto posisi jabatan bupati dan wakil bupati Kolaka Timur pun menjadi kosong.

Pasca OTT KPK, banyak kalangan memperkirakan riak politik seputar calon bupati dan wakil bupati Koltim masih akan berlanjut hingga beberapa waktu mendatang.(eat)

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest Articles