SIBERKITA.COM, KOLAKA–Tahapan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 mulai bergulir sejak 18 Februari lalu, yang peluncurannya ditandai oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, di Jakarta.
Setidaknya 3 ribuan dari 7 ribuan desa di Indonesia akan turut meramaikan kontestasi yang untuk pertama kali dilaksanakan pada tahun 2021 itu.
Pada tahun 2022 ini setidaknya ada 4 desa di kabupaten Kolaka, provinsi Sulawesi Tenggara yang masuk dalam desa rintisan calon peserta ADWI tersebut.
Empat desa rintisan ADWI itu yakni Tikonu di kecamatan Wundulako; Malaha dan Sani-sani di kecamatan Samaturu; serta Desa Tamborasi di kecamatan Iwoimendaa.
Dari empat peserta ADWI 2022 tersebut, Desa Tikonu di kecamatan Wundulako menjadi satu-satunya desa rintisan yang mengedepankan kekhasan pada wisata religi dan budaya.
Kepala Desa Tikonu Sabaruddin Tuo Pauluh mengungkapkan, upaya pihaknya untuk mengikutsertakan wilayahnya pada ajang ADWI 2022 adalah yang pertama kalinya.
“Ini yang pertama kalinya desa kami masuk dalam rintisan desa calon peserta anugerah desa wisata Indonesia. Tahun lalu sudah ada yang masuk nominasi,” kata Sabaruddin, Selasa (22/3/2022).
Pria yang belum lama ini dilantik dalam jabatan kepala desa itu menjelaskan, pada ajang ADWI 2022 desa Tikonu akan mengedepankan obyek wisata religi “Makam Raja Sangia Nibandera” dengan keaslian alamnya.
Makam Sangia Nibandera kata Sabaruddin tercatat sebagai salah satu dari puluhan cagar budaya di Sulawesi Tenggara yang berada dalam penanganan
direktorat jenderal kebudayaan, Kemendikbud RI.
Untuk diketahui, Sangia Nibandera adalah gelar bagi Bokeo Laduma, raja Mekongga pertama yang memeluk dan menyebarluaskan agama Islam di daratan Mekongga (sekarang Kolaka-Kolaka Utara-Kolaka Timur).
Menurut tradisi masyarakat Mekongga, Bokeo Laduma diberi gelar Sangia Nibandera karena pada masa kepemimpinannya untuk pertama kalinya bendera berwarna merah dan putih dikibarkan di jazirah Wonua Mekongga, ratusan tahun sebelum Indonesia berdiri sebagai negara.
Menurut Sabaruddin, ia mendaftarkan situs budaya Sangia Nibandera pada ajang ADWI 2022 karena potensi dan kekhasannya layak untuk disandingkan dengan cagar budaya lain yang lebih dulu dikenal.
Selain itu kata Sabaruddin, suasana alam di sekitar makam Raja Sangia Nibandera dinilainya sangat layak untuk “dijual” sebagai destinasi wisata bernuansa religi sekaligus menjadi tujuan mancakrida atau kegiatan outbound.
“Banyak masyarakat di luar desa Tikonu yang belum tahu kalau di sekitar makam Sangia Nibandera itu ada kawasan perbukitan, view-nya indah sekali. Itu yang akan kita kembangkan lebih lanjut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari obyek wisata makam raja Sangia Nibandera,” jelas mantan ketua PWI Kolaka itu.
Diakui Saba, kebanyakan masyarakat menilai bahwa kawasan makam kurang “afdol” jika dikembangkan menjadi kawasan wisata karena banyak faktor. Namun penilaian itu berusaha dirubah.
“Kita bersama masyarakat sudah melakukan pembersihan di sekitar bukit di bagian belakang sana. Disitu nantinya kita akan coba kembangkan wahana untuk outbound. Ini cita-cita kita kedepan,” bebernya.
Untuk mewujudkan keinginan menjadikan kawasan makam Sangia Nibandera menjadi obyek wisata religi budaya dengan perpaduan wahana outbound di sekitar perbukitan, Sabaruddin mulai membangun komunikasi dengan berbagai pihak.
Pihak-pihak yang diharapkan dapat membantu mewujudkan “cita-cita” itu termasuk dinas pariwisata, Dinas Dikbud, bagian aset BKAD, tokoh masyarakat, dan stakeholder lain.
“Jadi intinya niat kita ingin mengenalkan wisata religi di Makam Sangia Nibandera itu melalui berbagai cara. Salah satunya melalui ajang ADWI itu, dan ini pastinya perlu dukungan semua pihak,” pungkas pria yang pernah menempati posisi pemimpin redaksi pada beberapa media cetak dan online itu. (eat)
